PERKEMBANGAN EFEKTIFITAS MANUSIA
Berkaitan dengan perkembangan konselor dalam memahami proses
kompleks pada manusia melalui perilakunya memudahkan konselor dalam campur
tangan atau memfasilitasinya. Konselor tertarik mempelajari penyebab perilaku
yang efektif pada manusia dan perkembangannya.Sayangnya pada masalah
perkembangan kepribadian, difokuskan pada hasil akhir perilaku, penyebab awal
perilaku.
Cara yang paling berguna untuk melihat peran fasilitator
perkembangan yaitu dengan model yang disediakan oleh Heisler. Dia mengartikan
perkembangan kesehatan mental atau perilaku efektif sebagai hasil dari dua
interaksi dasar yaitu kebutuhan homeostatis atau dengan kata lain tingkat
kenyamanan dari keseimbangan antara kebutuhan dalam dan kekuatan luar dan
kebutuhan untuk differensiasi yaitu kebutuhan organisme untuk tumbuh dengan
cara aktualisasi diri.
Heisler mengartikan perkembangan yang efektif sebagai salah
satu jenis proses diferensiasi, diikuti oleh keseimbangan. Perkembangan yang
sehat membutuhkan keseimbangan yang dinamis antara dua kekuatan sehingga
organisasi kepribadian dasar secara bertahap dapat dikembangkan cukup tangguh
untuk mendukung proses yang sedang berlangsung tanpa mengganggu keseimbangan
homeostatik organisme.
Perkembangan memerlukan keseimbangan yang efektif.Ketika anak berkembang tidak memiliki tingkat
keamanan yang menjamin, semua energinya akan tertahan. Jika tidak ada cukup
rangsangan dalam lingkungan-nya untuk membedakan semua proses yang terjadi.
Konselor perkembangan harus sensitif terhadap operasi dari
proses ini untuk campur tangan atau menyebabkan intervensi yang dapat
memperbaiki dinamika keseimbangan hasil pertumbuhan. intervensi semacam ini
kemungkinan besar akan dibutuhkan pada titik-titik dalam proses perkembangan di
mana budaya atau diskontinuitas fisiologis terjadi dan keseimbangan dinamis
terganggu.
A.
Asumsi tentang Perkembangan
Sebelum pembahasan tahap - tahap tertentu dari perkembangan,
asumsi dasar tertentu dan definisi perlu dinyatakan. Pendekatan yang diambil
adalah bahwa perkembangan yang merupakan serangkaian proses psikologis seumur
hidup, meliputi sosial, dan proses fisiologis yang mencakup seluruh pola
keberadaan manusia dari lahir sampai mati. Dari sudut pandang ini, proses perkembangan
melibatkan interaksi antara organisme berkembang dan lingkungannya. Proses
fisiologis menentukan organisme secara fisik dan kekuatan lingkungan, termasuk
budaya, yang bertindak atas dirinya dibentuk oleh serangkaian proses
psikologis. Proses ini melibatkan cara bagaimana individu memandang dirinya
sendiri dan lingkungannya, untuk mengatur seluruh persepsi dan perilaku dalam
menghadapi kebutuhan-kebutuhan dan lingkungannya.
Jadi perkembangan menggabungkan pertumbuhan, pematangan, dan
pembelajaran. Yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Semua proses
perkembangan dianggap saling berkaitan.
Pendekatan dalam perkembangan manusia ditekankan pada suatu
gagasan yang diusulkan oleh Erik Erickson yaitu dalam “Delapan Taahapan
Manusia” yang memaparkan salah satu pendekatan yang paling bermanfaat dalam
mengartikan tugas – tugas perkembangan yang tersedia.
Salah satu yang harus dihadapi dalam setiap upaya untuk
menguraikan proses perkembangan manusia adalah apakah pengembangan berkelanjutan
atau memang terjadi pada tahap yang berlainan. Beberapa proses psikologis,
seperti pada masa pubertas, merupakan peristiwa tersendiri. Lainnya, tentu saja
bertahap dan berkelanjutan secara alami. Muuss menunjukkan dalam budaya Barat,
masyarakat memperkuat tahap perkembangan dengan mengorganisir lembaga sosial.
Sebagai contoh, tingkatan kelas di sekolah, jenis sekolah, status dewasa
menurut hukum seperti usia untuk mengemudi, bersuara, dan menikah yang
memperkuat tahapan perkembangan. Dalam
waktu singkatpengorganisasian budaya, dimana ciri – ciri perkembangan mungkin menjadi
lebih sedikit tegas.
Lima tahapan perkembangan
a. Organisasi (lahir sampai sekitar
usia empat belas).
b. Eksplorasi (lima belas sampai
sekitar tiga puluh).
c. Realisasi (Tiga puluh menjadi
sekitar lima puluh).
d. Stabilisasi (Lima puluh sekitar enam
puluh lima).
e. Eksaminasi (setelah enam puluh
lima).
Konsep
umum dimana kekuatan budaya dan perubahan pematangan perilaku pada waktu
tertentu dalam kehidupan manusia akan menghasilkan jenis-jenis masalah, krisis,
dan pola – pola perilaku.
Perkembangan merupakan sebuah pola yang terstruktur, tertib,
proses seumur hidup yang mengarah pada perilaku efektif, yaitu perilaku yang
memungkinkan kontrol jangka panjang lingkungan, dan kontrol respon afektif
individu terhadap aspek-aspek lingkungan tidak bisa kendalikan. Proses perkembangan
termasuk mendapatkan pemahaman, menetapkan makna, dan mengatur perilaku. Masing-masing
individu berkembangkan dengan cara tersendiri dan unik.
Perkembangan dari perilaku efektif dapat dilihat dalam 3 hal
pokok yaitu:
a. Sosial peran
b. Mengatasi perilaku
c. Tugas–tugasperkembangan
Sosial peran
Sosial peran
Menurut
Allport peran adalah sebuah pertisipasi, harapan dari individu yang berarti,
terstruktur dalam kehidupan sosial dalam sebuah kelompok.Empat aspek penting
penentu bagaimana seseorang bereaksi terhadap situasi peran yang diberikan.
Aspek-aspek tersebut adalah:
- Harapan peran adalah resp –
resep budaya yang umumnya dilandasi
oleh peran masyarakat.
- Gambaran Peran melibatkan cara
di mana keikutsertaan individu benar-benar dirasakan atau menafsirkan
harapan.
- Penerimaan peran, memerlukan
kesediaan individu untuk melibatkan dirinya dalam peran.
- Kinerja peran melibatkan
perilaku aktual individu dalam situasi peran tertentu.
Secara keseluruhan, keempat hal tersebut mendefinisikan pentingnya makna peran dalam perkembangan
kepribadian. Mereka membentuk salah satu faktor kunci dalam kerangka perkembangan
efektivitas berikutnya
Tugas –
tugas perkembangan
Havighurst mendefinisikan tugas – tugas perkembangan sebagai
berikut.
Sebuah tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul
pada atau sekitar periode tertentu dalam kehidupan individu, prestasi sukses
yang mengarah kepada kebahagiaan dan kesuksesan dengan tugas selanjutnya,
sedangkan kegagalan menyebabkan ketidakbahagiaan, pengucilan oleh masyarakat,
dan kesulitan dengan tugasperkembangan selanjutnya.
B.
Tahap Organisasi
Organisasi merupakan tahap kehidupan
yang didominasi oleh fenomena psikologis yang berlangsung pada organisme.
Krisis perkembangan ditentukan oleh cara pemenuhan kebutuhan organisme secara fisik
maupun emosional dalam masyarakat.Tahap ini dapat dibagi menjadi empat bagian
yaitu:masa bayi, anak usia dini, kemudian masa kanak-kanak, dan remaja awal.
1. Masa bayi (lahir sampai tiga tahun)
Bayi lahir memiliki setumpuk potensi. Kepribadiannya cenderung tak
berbentuk dan berubah – ubah.Namun, dalam tiga tahun pertama, muncul
keterpisahan dan individualisasi dalam diri yang menjadi dasar bagi perkembangannya.
Istilah " Peran Sosial" ketika diterapkan pada
status bayi mungkin pada awalnya tampak tidak tepat atau bahkan tidak masuk akal.
Bayi dapat dibentuk menjadi makhluk sosial yang berpusat pada budaya. Harapan
ibu tersebut biasanya diutarakan dengan mengatakan “dia adalah bayi yang baik”
sehingga kelak ia akan menjadi manusia yang baik pula. Bayi ini diharapkan
dapat responsif terhadap kasih sayang. Selama tiga tahun pertama harapan yang
dibuat untuk penyesuaian kebiasaan dapat membentuk perilaku.
Jika harapan peran
sosial baginya tidak masuk akal, sewenang-wenang, atau berubah-ubah, ia akan
mengalami untuk mencapai rasa aman dan penguasaan dalam lingkungan nya. Pada
saat yang sama, jika harapan peran sosial tidak jelas diartikulasikan, ia akan
mengalami kesulitan dalam bentuk yang jauh lebih kompleks dari interaksi sosial
pada tahap berikutnya.
Tugas utama perkembangan bayi, seperti Erikson katakan adalah kemampuan untuk percaya.
Tugas utama perkembangan bayi, seperti Erikson katakan adalah kemampuan untuk percaya.
Rasa kepercayaan berkembang dari hubungan antara ibu dan
anak dan kemudian digeneralisasikan terhadap orang lain secara signifikan. Ibu
memungkinkan bayi untuk mengembangkan rasa percaya, reaksi yang konsisten
dengan kebutuhan anak, dan dengan mengkomunikasikan rasa kepercayaan yang
mendalam dalam kecukupan mereka sendiri sebagai ibu untuk melindungi dan
memelihara anak. Orang penting lainnya dalam kehidupan anak juga membantunya
untuk percaya dengan menunjukkan sensitivitas, konsistensi, sebuah kepercayaan
diri.
Tugas-tugas perkembangan lain pada masa kanak-kanak adalah:
Tugas-tugas perkembangan lain pada masa kanak-kanak adalah:
1. Belajar makan makanan padat dan
makan sendiri
2. Belajar untuk memanipulasi objek
3. Belajar untuk berjalan
4. Belajar untuk mengeksplorasi lingkungan
terdeka
5. Belajar berkomunikasi
6. Belajar untuk mengendalikan penghapusan
Mengatasi perilaku bayi. Perkembangan rasa percaya
memungkinkan bayi untuk mulai menunda kepuasan-kepuasan sesaat dan untuk
memulai berperilaku seperti menyendiri tetapi aman. Berbagai Makanan jelas kondisi gizinya yang sederhana tapi
diperlukan untuk perkembangan lebih lanjut. Belajar berperilaku seiring dengan
kebiasaan sosial untuk memberikan kontrol bayi atas sifat hubungan
interpersonalnya. Dia belajar untuk menyenangkan orang lain dan untuk menjaga
kebersihan kondisi fisiknya sendiri. Perilaku manipulatif dan eksplorasi
sangatlah penting bagi anak. Penelitian menunjukkan bahwa bayi harus menerima
peningkatan jumlah rangsangan sensorik dari segala jenis perkembangan kognitif.
Jika anak terlalu dilindungi, dikhawatirkan, atau secara fisik tidak dapat
memanipulasi, mengeksplorasi , dan berinteraksi dengan lingkungan, ia cenderung
tidak berkembang secara maksimal. Belajar berjalan dan belajar untuk
berkomunikasi adalah bentuk nyata dari perilaku memperluas dunia anak dan
meningkatkan kemungkinan untuk perkembangan lebih lanjut. Belajar untuk
berkomunikasi untuk mengartikulasikan kata-kata dan juga penanganan simbol
verbal dengan cara yang memungkinkan pembentukan makna baru yang tak terhitung
jumlahnya. Komunikasi berarti dapat
merespon dalam berbagai cara sikap dan emosi. Intinya mengatasi perilaku pada periode
ini adalah mendekati, menerima, dan menerima perilaku.
2. Anak Usia Dini (usia 3-6)
Peran baru yaitu kepercayaan atas dirinya termasuk
orang-orang dari saudara dan teman bermain. Keduanya melibatkan harapan untuk
bekerjasama dan menjalin kebersamaan. Juga harapan peran dibedakan dalam
perilaku seks yang tepat. Anak belajar
bahwa anak kecil diharapkan tidak lagi menangis dan gadis kecil yang tidak
seharusnya kurang ajar atau berpetualang. Harapan baru untuk berbagi, bekerja
sama, penanganan agresi, menanggapi kecemasan kecemasan, menanggapi otoritas,
mengungkapkan perasaan, dll, harus diinternalisasi secara efektif.
Tugas perkembangan anak usia dini. Tugas utama dari tahap
perkembangan ini, menurut Erikson, adalah perkembangan otonomi. Otonomi
merupakan dasar bagi rasa keterpisahan dan tanggung jawab yang sangat penting
dalam perkembangan kebebasan yang bertanggung jawab. Anak harus belajar untuk
membuat pilihan, memikul tanggung jawab mereka, dan menerima konsekuensi. Ini
adalah tahap di mana orang tua dapat membantu perkembangan dengan menjaga
keseimbangan yang peka antara perusahaan, kontrol luar konsisten untuk anak dan
kebutuhan perkembangan berdasarkan kontrol batin yang harus dilakukan untuk
dikembangkan. Mereka harus menerima kebutuhan anak untuk membuat pilihan, untuk
membuang kontrol luar yang sewenang-wenang, sementara masih memasok ketegasan
yang akan melindungi anak terhadap konsekuensi disintegrasi. Tugas – tugas
perkembangan lainnya adalah :
1. Mengembangkan citra diri
2. Mengembangkan rasa percaya diri dan
kebersamaan dengan orang lain
3. Belajar mengidentifikasi sesuai
peran
4. Belajar untuk mengelola agresi dan
meminimalkan frustasi
5. Belajar mengikuti instruksi
lisan/verbal
6. Belajar memfokuskan perhatian dan
Konsentrasi
7. Belajar menjadi cukup independen
dalam perawatan diri
8. Mengembangkan konsep realistis dari
dunia fisik dan sosial (waktu, ruang, jarak, hubungan, wewenang, dll)
Perilaku anak usia dini antara lain sebagai berikut :
1.Perilaku bekerja sama.
Anak harus belajar perilaku bekerjasama untuk mendengarkan,
berbagi, bergabung, berkomunikasi, dan membela. Dengan menggunakan jenis
perilaku secara tepat, ia dapat menyesuaikan dirinya.
2. Kontrol perilaku.
Melibatkan kontrol perilaku selama rentang waktu yang
meningkat meliputi, Konsentrasi, perhatian, diam, menahan diri dari gerakan,
dll
3. Substitusi perilaku.
Anak harus belajar
untuk mengatasi kebutuhan lingkungan dan kebutuhan sendiri dengan belajar.
3. Anak usia enam hingga dua belas
Dalam tahap perkembangan dunia sosial anak menjadi lebih
kompleks dengan cepat. Masuk ke sekolah, misalnya, membawa peran sosial baru
bagi siswa. Peningkatan kemampuan menyebabkan harapan baru dari peran pembantu
seperti kakak atau adik. Peran sosial yang baru membutuhkan penguasaan tugas
perkembangan dimana melibatkan konsekuensi drastis untuk perkembangan masa
depan.
Pengembangan tugas anak usia 6 – 12 tahun. Tugas
perkembangan pada tahap ini adalah seperti konsep Erickson yaitu inisiatif dan
industri. Inisiatif membutuhkan kepercayaan diri dan energi surplus untuk
bangkit kembali dari kekalahan dan melupakan kegagalan dengan cepat. Ini adalah
kualitas merespons tantangan dengan ketahanan, akal, dan antusiasme.
Orang tua,guru – guru dapat memberikan kontribusi pada perkembangan
inisiatif dan industri dengan membantu anak untuk mengatur penyaluran ambisi
dan semanganya. Bahaya pada tahap ini adalah berkembangnya inferioritas. Anak
ini sangat sadar persaingan dan kompetisi, orang tua dan guru berperan dalam
mengarahkan anak menyalurkan energinya untuk kegiatan yang memberi peluang
untuk perkembangan pribadi. Dari pengalaman tersebut, anak secara bertahap
dapat mengembangkan rasa tanggung jawab pribadi dan kebanggaan. Dia bisa
mendapatkan cara yang lebih realistis menilai kinerja sendiri dan orang lain,
dan bisa mendapatkan kepercayaan dan kepuasan dari membantu orang lain.
Tugas-tugas lain perkembangan penting pada tahap ini adalah:
1.
Belajar membaca dan menghitung
2.
Belajar menghargai dirinya dan merasa dihargai oleh orang
lain
3.
Belajar menunda kepuasan-kepuasan immadiate untuk mencapai
penghargaan diantisipasi lebih besar
4.
Belajar mengendalikan reaksi emosional dengan fleksibilitas
yang lebih besar
5.
Belajar untuk menangani konsep-konsep abstrak seperti
kebenaran, keindahan, dan keadilan (berakhir realisme moral kekanak-kanakan)
6.
Belajar untuk mengabdikan dirinya untuk orang lain
7.
Belajar untuk merumuskan nilai-nilai dan
membuat pertimbangan nilai
Perilaku pada tahap ini dapat
dikelompokkan dalam beberapa kategori:
1. Penguasaan perilaku. Mengupayakan anak dapat mengontrol perasaan dan penguasaan atas lingkungannya.
2. Nilai perilaku yang relevan. Perilaku yang didasarkan pada penilaian internal yang baik dan buruk, benar dan salah, bukan pada eksternal otoritas atau takut akan hukuman.
3. Perilaku kerja yang relevan. Perilaku ini melibatkan cara mengatur waktu dan energi untuk sekolah danbekerja.Penundaan kepuasan demi tujuan yang lebih besar.
1. Penguasaan perilaku. Mengupayakan anak dapat mengontrol perasaan dan penguasaan atas lingkungannya.
2. Nilai perilaku yang relevan. Perilaku yang didasarkan pada penilaian internal yang baik dan buruk, benar dan salah, bukan pada eksternal otoritas atau takut akan hukuman.
3. Perilaku kerja yang relevan. Perilaku ini melibatkan cara mengatur waktu dan energi untuk sekolah danbekerja.Penundaan kepuasan demi tujuan yang lebih besar.
4.
Masa remaja awal (usia 12-14)
Awal masa remaja dikenal sebagai salah
satu tahapan yang paling kritis dan menyakitkan. Peningkatan perubahan
psikologis secara drastis menghasilkan ketidakseimbangan yang mendalam pada kehidupan
remaja awal. Pada saat yang sama, ia berhadapan dengan sebuah kelompok baru
yang menakutkan.
Sebagian besar perkembangan identitas dipengaruhi
adanya pengalaman masa lalu diri sendiri dan orang lain dengan prospek
pengalaman masa depan selaras dengan masa lalu. Dalam masa remaja, perubahan
pubertas menjadi tak terelakkan merupakan hal yang berkesinambungan yang
mengarah pada pencarian identitas remaja.
Remaja berusaha meningkatkan pencarian jati diri
melalui kelompok sebayanya dan melalui hubungan lawan jenis. Dari hubungan
tersebut, remaja bisa mendefinisikan jati dirinya sendiri dengan memunculkan
dan mencerminkan hal tersebut pada orang lain. Kebersamaan dan rasa saling
memiliki merupakan bagian dari hubungan remaja.
Ini adalah masa dimana anak diberikan kebebasan
sebanyak mungkin untuk mencoba suatu hal dan membuat kesalahan yang sewajarnya.
Kebebasan seperti itu tidak bisa dibiarkan begitu saja tetapi orang tua dan
sekolah dapat membantu melancarkan perkembangan remaja dengan mengakui
pemberontakan, suasana, suasana hati yang sesuai mood, sebagai gejala
pertumbuhan mereka.
Tugas
perkembangan lain pada masa remaja awal :
1. Kebutuhan
remaja awal dalam mencapai kontrol impuls, khususnya masalah sosial.
2. Menunjukkan
adanya sikap positif terhadap pekerjaan
3. Mengatur
waktu untuk belajar dan cara belajar yang efektif untuk meraih prestasi
4. Mengidentifikasi
dirinya sendiri sebagai seorang pekerja yang bertanggung jawab dan produktif
Perilaku
remaja diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Perilaku
sosial
Ketrampilan
umum sosial yang diperlukan untuk bergaul dalam interaksi kelompok
2. Perilaku
seks yang sesuai
Perilaku
remaja dalam menerapkan konsep seks yang sesuai. Mereka berkomunikasi secara
maskulinitas dan feminitas.
3. Perilaku
berorientasi pada prestasi
Perilaku
ini memerlukan kerja yang efektif meliputi, konsentrasi, organisasi,
perencanaan, kritik diri, keingintahuan intelektual, pemecahan masalah secara
logis, dan berpikir kritis.
C.
Tahap
Eksplorasi
Tahap
eksplorasi dimulai pada pertengahan masa remaja. Tahap eksplorasi ditandai
dengan meraih nilai – nilai baru, cita – cita, motivasi, dan tujuan. Seperti
halnya pada tingkatan organisasi dimana organisme yang muncul sibuk dengan
perubahan pertumbuhan yang berlangsung dalam dirinya. Perilaku pada tahap ini
merupakan perilaku timbal balik atau berlawanan dengan perilaku ketergantungan
pada masa anak – anak atau yang disebut dengan perilaku mandiri. Pada tahap
eksplorasi anak membangun hubungan timbal balik dalam persahabatan, pacaran dan
kencan, prestasi pendidikan dan pengembangan karir. Dia harus belajar untuk
memberi dan menerima berbagai situasi berdasarkan mutualitas dan kerjasama
kegagalan untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap orang lain akan
membuat perkembangan menjadi terganggu.
5. Masa remaja akhir
(usia 15-19 tahun)
Peran social masa setelah puber. Peran - peran
social baru yg di temui hampir semua peran yang membingungkan. Dunia sosial dari menjamurnya remaja dalam
ukuran dan kompleksitas ketika dia memasuki sekolah menengah dan tahun-tahun
kuliah. Ruang lingkup baru dari semua jenis seksualitas yang rumit dalam
hubungan interpersonal. Peran baru sbg pekerja, pemimpin, pengikut, supervisor,
bawahan, dan rekan mulai muncul, dan sebagai
remaja mulai berpartisipasi dalam kegiatan organisasi pada model dewasa bukan
pada model masa kanak-kanak.
Tugas- tugas
perkembangan masa remaja akhir. Tugas pokok
perkembangan remaja akhir masih berpusat pada pembentukan identitas. Di dalam
masa setelah remaja. Suatu identitas seksual itu sesungguhnya bagian yg telah
di capai,
sifat dari
krisis identitas bergeser ke pembentukan identitas sebagai seorang pekerja
dalam dewasa akhir, anak itu dihadapkan dengan proses pengembangan dengan
banyak kunci keputusan, Beberapa dengan sesuatu yang tidak dapat diubah,
sebagai kepercayaan terhadapnya.
Keputusan tentang pendidikan dan karir relatif tak terhindarkan. Memilih Karir
melibatkan teman dan rekan, loyalitas dan afiliasi, lokasi rumah dan keluarga,
dll. Pada bagian besar, pengembangan
identitas pribadi pada tahap ini adalah identik dengan pengembangan karir.
Masyarakat bisa membantu kaum muda dengan
menyediakan layanan bimbingan yang efektif kejuruan dan pengalaman. Kejuruan
diorientasikan, konseling perkembangan memainkan peran penting pada tahap
pengembangan. Proses pendidikan total, bagaimanapun, harus bergabung untuk
memenuhi kebutuhan kaum muda. Para remaja harus memiliki eksposur ke sejumlah
besar informasi yang realistis tentang dunia kerja.
Tugas
perkembangan remaja yang lain adalah
- Mencapai
persahabatan pribadi pada dasar hubungan individu daripada anggota kelompok
- Mencapai sifat
kemandirian dalam belajar untuk membuat keputusan, sesuai nilai.dan
mengambil kebebasan bertanggung jawab di rumah dan keluarga
- Belajar untuk menghasilkan
standar kinerja orang dewasa di bawah situasi kerja.
Mengatasi perilaku pada
masa remaja akhir. Pusat dalam mengatasi
perilaku pada masa pendewasaan dapat di kategorikan dalam bentuk perilaku
reciprocal.
Perilaku reciprocal termasuk mempercayai, berbagi,
memenuhi janji, menjaga rahasia, menanggapi secara positif untuk pengawasan dan
kritik, memenuhi kebutuhan orang lain seperti miliknya sendiri, dan menerima
tanggung jawab dalam proyek bersama. Kategori penting lainnya dari perilaku
mengatasi pada tahap ini adalah kepemimpinan perilaku, perilaku kerja yang
relevan, dan perilaku nilai-pilihan
6. Dewasa Muda (usia
dua puluh tiga puluh)
Dewasa awal adalah masa penting di mana kecukupan
pola pembangunan sebelumnya adalah diuji. Untuk
pertama kalinya, sebagai Havighurst mengatakan, keberhasilan dan prestise
individu tidak bergantung pada usia, tetapi pada keterampilan, kekuatan,
kebijaksanaan, dan hubungan sosial.
Peran Sosial
Dewasa Muda. Peran utama yang baru, tentu saja,
pernikahan. Istri atau suami pada satu waktu
teman sekamar, rekan kerja, kekasih, pendamping, dan orang kepercayaan. Individu harus memenuhi kebutuhan
seksual, interpersonal, dan ekonomi dalam satu hubungan yang sangat emosional.
Daerah Peran utama kedua sosial adalah peran karir.
Dalam peran karir yang memasuki dewasa muda, harapan dan hubungan yang seumur
hidup, dan saham yang terlibat dalam memenuhi harapan-harapan dan berfungsi di
dalam hubungan ini sangat penting baik bagi individu dan keluarga.
Peran utama ketiga periode ini, tentu saja,
orangtua. Di sini sekali lagi peran sangat
berbeda dari orang-orang yang telah berpengalaman sebelumnya. Tuntutan
emosional dan material yang besar, dan tanggung jawab untuk membentuk kehidupan
manusia lain adalah bahwa individu terbesar yang pernah dilakukan. Kegagalan
atau dianggap gagal dalam peran ini bisa menimbulkan rasa bersalah seumur hidup
dan tuduhan terhadap diri sendiri.
Tugas
perkembangan dewasa muda. Tugas perkembangan pusat dewasa muda adalah keintiman
dan komitmen. Tanpa kemampuan
seperti itu, kesempatan untuk menjaga hubungan pernikahan yang sukses adalah
sedikit.
Komitmen, yang pada dasarnya merupakan bagian dari
keintiman, adalah umum di luar situasi interpersonal dekat dengan mencakup
komitmen untuk cita-cita dan penyebab dan untuk organisasi dan perusahaan.
Keberhasilan pelaksanaan peran karir semacam ini biasanya membutuhkan komitmen.
Komitmen melibatkan kemampuan untuk berinvestasi
yang cukup lama, energi, dan harga diri pada organisasi atau lembaga. Tanpa
komitmen tersebut, kemungkinan pengembangan karir sangat terbatas.
Tugas
perkembangan dewasa muda ketiga adalah apa
Erikson istilah "generativity". Ini adalah tahap perkembangan yang diperlukan untuk orangtua sukses. Generativity termasuk produktivitas dan kreativitas,
tetapi melampaui ini mencakup kepedulian untuk membina dan membimbing generasi
berikutnya, biasanya terutama melalui keturunannya sendiri.
Perilaku dari awal dewasa. Perilaku pada tahap ini
meliputi :
- Perilaku
seksual. perilaku seksual yang sukses pada tahap ini meliputi apa yang
Erikson diskripsikan sebagai:
a. Mutualitas
orgasme
b. Dengan mitra yang dicintai
c. Dari jenis kelamin lainnya
d. Dengan siapa seseorang mampu dan mau berbagi rasa saling percaya
e. Dan dengan siapa seseorang mampu dan mau mengatur siklus kerja, prokreasi, dan rekreasi.
f. Sehingga aman untuk keturunan perkembangan yang memuaskan.
b. Dengan mitra yang dicintai
c. Dari jenis kelamin lainnya
d. Dengan siapa seseorang mampu dan mau berbagi rasa saling percaya
e. Dan dengan siapa seseorang mampu dan mau mengatur siklus kerja, prokreasi, dan rekreasi.
f. Sehingga aman untuk keturunan perkembangan yang memuaskan.
2. Mengambil risiko
perilaku. Perilaku ini melibatkan kesediaan untuk mengambil yang sesuai, wajar,
dan dihitung fisik, ekonomi, dan risiko psikologis dalam rangka mencapai
keinginan pribadi, keluarga, dan tujuan karir.
3. Nilai-perilaku yang konsisten. Perilaku ini
adalah menyatukan dan mengintegrasikan perilaku yang melintasi situasi peran
untuk menyediakan rasa makna dan tujuan hidup. Mereka termotivasi oleh
pertimbangan nilai dan cara-cara menerapkan nilai-nilai di banyak bidang
kehidupan. Yang paling penting dari perilaku ini adalah memberikan dan membantu
perilaku yang penting untuk perkawinan dan orangtua. Karena mereka lebih umum
di luar situasi keluarga, individu mampu memberikan kontribusi yang lebih besar
dan lebih besar dan untuk pindah ke tahap berikutnya, yaitu tahap Realisasi.
D. Tahap Realisasi (Usia 30-50 Tahun
)
Realisasi merupakan tahap puncak dari perkembangan manusia
yang efektif. Pada tahap ini terjadi kematangan fisik dan psikologis. Realisasi, mewakili
keadaan fungsi manusia yang jauh melampaui konsep "penyesuaian" atau
bergaul. Ini mengandaikan tingkat berfungsi di mana organisme mampu menguasai
segmen besar lingkungan yang paling bermakna baginya, dan telah belajar untuk
menghubungkan diri ke faktor-faktor dalam hidupnya yang tahan untuk
mengendalikan tersebut.
Setiap
deskripsi tentang sifat dan perilaku yang merupakan tingkat tinggi berfungsi
atau jatuh tempo melibatkan penggunaan nilai-nilai filosofis. Beberapa tipologi dibangun pada uraian ini dibahas
dalam Bab 5. Pada titik ini, Realisasi akan hanya dijelaskan dalam definisi
istilah sederhana seperti Jahoda's. Dia menggambarkan orang yang efektif
sebagai salah satu empu yang aktif lingkungannya, menunjukkan sebuah kesatuan
yang cukup besar kepribadian, dan mampu melihat dirinya dan dunianya realistis.
Orang tersebut independen dan mampu berfungsi secara efektif tanpa membuat
tuntutan yang tidak perlu. Shoben
melampaui kriteria swasembada untuk mengusulkan bahwa orang dewasa adalah orang
yang meluas fungsinya di luar kendali diri dan tanggung jawab pribadi ke dalam
bidang tanggung jawab sosial dan komitmen untuk beberapa set nilai-nilai
eksternal.
Tahap Realisasi dapat digambarkan
dalam bentuk serangkaian peran sosial dari suatu tatanan yang agak tidak biasa.
Kunci untuk Realisasi dalam peran sosial terletak pada aspek peran dan
penerimaan konsepsi peran. Karena peran sosial tahap Realisasi bersifat umum
dan menyebar, ambiguitas cukup terlibat dalam interpretasi mereka. Demikian
pula, sejauh mana seseorang menginternalisasi atau menerima peran ini kurang
merupakan produk dari tekanan sosial yang jelas dari kebutuhan sendiri.
Peran Sosial di Tahap Realisasi. Berikut ini adalah berbagai peran sosial dalam tahap
Realisasi:
- Peran
kepemimpinan. Ini adalah peran di mana
individu mampu memberikan kontribusi yang luar biasa bagi keberhasilan
proyek-proyek kelompok atau pencapaian tujuan kelompok.
- Peran
pembantu. Ini adalah peran di mana seorang individu mampu memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu
lain.
- Peran
kreatif. Ini adalah peran dalam mana individu-individu memiliki kesempatan
untuk membuat kontribusi yang baru dan asli untuk kesejahteraan manusia.
Ini mungkin dalam berbagai bidang usaha dan tidak harus terbatas pada seni
atau ilmu pengetahuan.
- Pencapaian
peran. Ini adalah peran mana, dan individu memiliki kesempatan untuk
mencapai tingkat yang sangat tinggi kinerja atau prestasi yang unik di
beberapa kegiatan pribadi yang bermanfaat, apakah atau tidak itu adalah
bersifat sangat asli atau kreasi yang alami.
Tugas perkembangan Realisasi. Tugas perkembangan
tengah periode ini adalah pengembangan kesatuan dan integrasi. Ini adalah
semacam harmonis antara gaya
hidup individu dan nilai-nilai budayanya.
Tugas
perkembangan penting lain pada tahap ini adalah:
- Pengembangan
directedness batin. Riesman
menunjukkan bahwa orang mungkin tradisi-diarahkan, inner-directed, atau
lain-diarahkan. Orang Menyadari adalah
untuk sebagian besar diarahkan batin-, yaitu melalui interpretasi peran,
ia melakukan kontrol positif atas arah dan derajat sesuai dan tidak sesuai
perilaku yang ia gunakan.
- Pengembangan
keterkaitan dan ketergantungan sikap yang tepat. Levine (18) menunjukkan
bahwa tingkat tinggi pengembangan pribadi dan sosial tidak dicirikan oleh
pemisahan dari orang lain, tetapi dengan partisipasi yang saling
konstruktif dengan mereka.
- Pengembangan
konstruktif cara penanganan disonansi kognitif. disonansi kognitif dapat
didefinisikan sebagai perbedaan antara apa yang melihat dan apa yang ia
ingin melihat. Tanpa beberapa disonansi antara persepsi diri dan ideal
diri, misalnya, akan ada sedikit motivasi untuk berubah dan berkembang. Di
sisi lain, jika disonansi yang tak tertahankan, mekanisme menipu diri
mungkin dipanggil. Sebagai
Levine mengatakan:
Individu yang berfungsi secara efektif akan tersedia baginya pola-pola perilaku yang akan membantu dalam resolusi disonansi. Pengembangan kontrol emosional fleksibel namun efektif. Orang yang efektif adalah mampu menerapkan kendali yang cukup besar atas tingkat dan jenis tanggapan emosional yang ia hasilkan. - Pengembangan proses berpikir
kreatif. berpikir kreatif melibatkan
kemampuan untuk melihat hubungan halus, untuk melaksanakan keputusan
sendiri, dan menemukan solusi untuk masalah yang tidak biasa. Dengan kata
lain, itu adalah kemampuan untuk berpikir dengan cara berbeda.
- Pengembangan
teknik pemecahan masalah yang efektif. Efektif
pemecahan masalah memerlukan kemampuan untuk melihat masalah secara
keseluruhan, kemampuan untuk mempertahankan tentativeness pandangan
sementara memeriksa alternatif solusi, dan kemampuan untuk menganalisis
hasil kemungkinan solusi alternatif.
Mengatasi Perilaku dalam Realisasi.
Mungkin analisis terbaik dari karakteristik
perilaku coping pada orang dewasa dewasa adalah yang diberikan oleh Kroeber
(16). Kroeber membedakan antara perilaku coping dan perilaku pertahanan
di bawah kategori perilaku berikut :
- Diskriminasi. Ini adalah kemampuan untuk memisahkan perasaan
dan ide-ide ke dalam unit yang berarti. Mengatasi perilaku adalah objektivitas,
yaitu, ide-ide memisahkan dan perasaan ke dalam kategori yang bermakna
sehingga tujuan evaluasi dapat dibuat.
- Detasemen. Ini adalah kemampuan untuk membiarkan pikiran
berkeliaran dengan bebas, untuk berspekulasi, menganalisis, dan membuat
tanpa hambatan restriktif. Perilaku coping intelektualitas, yaitu
kemampuan untuk berpikir jernih dan logis bahkan dalam situasi emosional
dimuat.
- Means-end simbolisasi. Ini adalah kemampuan untuk
menganalisis hubungan sebab-akibat dan untuk mengantisipasi hasil dan
mempertimbangkan suatu alternatif.
4.
Selektif kesadaran. Ini
adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian.
5.
Sensitivitas. Ini adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami
perasaan orang lain bahkan ketika sebagian atau diungkapkan secara halus.
Perilaku mengatasi adalah empati, kemampuan untuk menganggap orang lain
kerangka acuan. Hal ini bertentangan dengan proyeksi, atau menghubungkan
perasaan sendiri mengabaikan perasaan orang lain.
- Respon yang tertunda. Ini adalah
kemampuan untuk bertahan pada keputusan atau tanggapan.
- Pembalikan waktu. Ini
adalah kemampuan untuk mengingat atau menangkap kembali pengalaman,
perasaan, atau ide dari masa lalu.
- Impulse pengalihan. Ini
adalah kemampuan untuk memodifikasi tujuan dari impuls.
- Impulse transformasi. Ini adalah
kemampuan untuk menggunakan energi dari kebutuhan batin dan impuls dengan
cara yang tepat.
- Impulse menahan diri. Ini adalah
kemampuan untuk mengendalikan impuls yang menghambat ekspresi mereka.
Perilaku coping penindasan, yaitu, memegang dorongan dalam penundaan
sampai dapat dinyatakan pada waktu yang tepat dan tempat dalam cara yang
tepat. Hal ini bertentangan dengan pertahanan represi, atau hambatan total
perasaan atau id
E. Tahap Stabilisasi (usia 50-65 )
Tahap Stabilisasi adalah tahap
perkembangan yang sudah tingkat tinggi yang berfungsi merupakan lanjutan dan
halus. Tahap ini tidak hanya mempertahankan
status quo atau untuk terus menggali keuntungan sebelumnya. Sebaliknya stabilisasi
"istilah" berkonotasi adanya keseimbangan, yang hidup dinamis,
terus-menerus di mana pertumbuhan dikontrol terus meningkatkan perilaku
individu. Batas usia enam puluh lima ini agak sewenang-wenang mengatur dari
tahap ini, sebagian besar karena merupakan norma budaya untuk pensiun dari
pencarian aktif. Tidak ada bukti bahwa bagi banyak orang tahap Stabilisasi baik
tidak dapat melanjutkan ke tujuh puluhan atau bahkan lebih.
Peran Sosial Tahap Stabilisasi. Peran sosial periode Stabilisasi dr daftar relatif
sama dengan tahap Realisasi.
Tugas Perkembangan Tahap
Stabilisasi. Beberapa tugas perkembangan yang
unik dapat dilihat untuk tahap ini. Mereka dapat didiskusikan di bawah judul
berikut:
- Pengembangan
kesadaran akan keniscayaan perubahan. Tugas
ini sangat relevan dengan tahap Stabilisasi karena keterampilan,
keyakinan, dan sikap yang terbukti memiliki nilai untuk berfungsi masa
lalu cenderung membentuk sisa kaku yang bersifat non-utilitarian sebagai
perubahan kondisi lingkungan.
- Mengembangkan dan mempertahankan sikap tentativeness
sebagai lawan dogmatisme. Ini pada dasarnya adalah menjaga sebuah sistem
kepercayaan yang kaya dan bermakna tapi yang masih terbuka.
- Mengembangkan dan mempertahankan sikap rasa ingin tahu
yang luas.
- Mengembangkan sikap idealisme realistis. Ini merupakan
faktor penting dalam menghindari kecenderungan involutional terhadap
reaksi depresi dan kekecewaan. Ini menggabungkan pemahaman pengalaman
dengan kepercayaan matang di masa depan.
- Pengembangan perspektif waktu dalam mengamati dan
mengevaluasi masalah-masalah yang melampaui batas-batas umur sendiri. Pada tahap ini, Stabilisasi harus
dapat membuat rencana, mengadopsi nilai-nilai, dan merasakan hubungan yang
melampaui harapan hidup sendiri. Kegagalan untuk mencapai hal ini mengarah
pada sikap semakin lemah dari fruitlessness dan berartinya sisa hidup
seseorang.
Mengatasi perilaku Tahap Stabilisasi.
Mengatasi perilaku untuk tahap ini meliputi:
- Berorientasi pada perubahan
perilaku. Ini meliputi kemampuan beradaptasi, fleksibilitas, dan
open-minded.
- Nilai-relevan perilaku yang bersifat
melampaui diri. Pada tahap ini, berusaha untuk berjuang demi yang
cenderung memberi jalan ke sistem motivasi yang didasarkan pada
nilai-nilai diri melampaui.
- Sensitivitas perilaku. Ini
adalah sebuah perilaku yang membantu individual menyadari dan mampu
mengubah perilaku berikutnya atas dasar dari "umpan balik"
mengenai reaksi dari orang lain.
F.
TAHAP PEMERIKSAAN (65 keatas )
Pemeriksaan
sebagai tahap kehidupan akhir ini ditandai dengan refleksi, pelepasan aktif
dari kegiatan, dan memainkan peran pengamat dan mentor daripada peserta dan
aktor. Bahaya pada tahap ini adalah isolasi dan keterpisahan. Peran
Sosial Tahap Pemeriksaan. Peran sosial baru menjadi orang pensiunan,
produsen-non, dan tidak lagi memiliki otoritas dan peran tanggung jawab adalah
perubahan besar dalam interaksi sosial. Mereka
dapat menghasilkan konsekuensi buruk dalam persepsi diri.
TABEL 4-1
Tugas Pokok Pembangunan
dan Mengatasi Perilaku oleh Tahapan Kehidupan
Tahapan
Kehidupan
|
Peran
Sosial
|
Perkembangan
|
Mengatasi
Perilaku
|
Pemeriksaan (65 +
tahun)
|
Peran Pensiun
Peran Non-pekerja
Peran Non-otoritas
|
Belajar untuk mengatasi kematian, menghadapi pensiun,
afiliasi dengan teman sebaya, menghadapi kekuatan fisik berkurang, menghadapi
kondisi hidup yang berubah, gunakan waktu luang, perawatan untuk tubuh
penuaan
|
Afiliatif
perilaku
* Produktif luang perilaku |
Stabilisasi
(50-65 tahun)
|
Kepemimpinan,
membantu, mengelola, prestasi kreatif, wewenang, peran prestise
|
Ego-integritas:
belajar untuk menyadari perubahan, memiliki sikap tentativeness,
mengembangkan rasa ingin tahu intelektual yang luas, mengembangkan idealisme
yang realistis, mengembangkan perspektif waktu
|
Berorientasi
pada perubahan perilaku
Nilai-perilaku yang relevan,
Perilaku sentitif
|
Realisasi (30-50 tahun)
|
Kepemimpinan,
membantu, kreatif, peran prestasi
|
Ego-integritas: belajar menjadi inner-directed, akan
saling tergantung, menangani disonansi kognitif, atau fleksibel dan efektif
emosional, mengembangkan proses berpikir kreatif, mengembangkan teknik
pemecahan masalah yang efektif
|
Objektivitas, intelektualitas, analisis
logis, konsentrasi, empati, toleransi terhadap ambiguitas, main-main,
substitusi sublimasi, perilaku penindasan
|
Eksplorasi dewasa muda (20-30 tahun)
|
Peran Pernikahan
Peran Karir
|
Keintiman
dan komitmen; generativity: belajar untuk berkomitmen diri untuk tujuan,
karir, mitra; menjadi orangtua yang memadai; memberikan secara sepihak
|
Perilaku seksual
Perilaku mengambil risiko Nilai-perilaku yang konsisten |
masa remaja (15-19 tahun) |
Peran
rekan,
peran Heteroseksual |
Identitas sebagai seorang pekerja: belajar untuk bergerak
dari satu kelompok ke hubungan individu, mencapai otonomi emosional,
menghasilkan situasi dalam pekerjaan
|
perilaku
timbal-balik
perilaku bekerja sama perilaku mutualitas |
Awal Organisasi Remaja (12-14 tahun)
|
Peran
rekan,
peran Heteroseksual |
pembangunan Identity: condong ke feminin
menjadi maskulin atau, termasuk dalam berbagai hubungan, impuls kontrol,
bersikap positif terhadap pekerjaan, belajar, mengatur waktu, mengembangkan
hierarki nilai yang relevan
|
Perilaku
Sosial
Perilaku seks yang sesuai
Perilaku berorientasi prestasi |
Masa anak (6-12
tahun)
|
Mahasiswa,
penolong, peran kakak
|
Inisiatif-industri: belajar membaca dan
menghitung, manghargai diri sendiri dan dihargai, menunda kepuasan,
mengendalikan reaksi emosi, menangani konsep-konsep abstrak, memberikan diri
kepada orang lain, merumuskan nilai-nilai
|
Perilaku
penguasaan Lingkungan
Nilai-perilaku yang relevan Perilaku kerja yang relevan |
Anak Usia Dini (3-6 tahun)
|
Saudara,
teman bermain, peran seks yang sesuai
|
Otonomi; rasa keterpisahan: mengembangkan
rasa sendiri, rasa kebersamaan, konsep-konsep realistis dunia. Belajar menjadi laki-laki atau perempuan,
mengelola agresi dan frustrasi, ikuti instruksi lisan, memperhatikan, menjadi
mandiri
|
Perilaku
koperatif
Kontrol perilaku Pergantian perilaku |
Masa bayi (lahir-3
tahun)
|
Cinta-objek
peran; menerima dan pieasing
|
Kepercayaan: belajar untuk makan makanan
padat dan pakan diri, mengontrol eliminasi, memanipulasi objek, berjalan,
mengeksplorasi lingkungan sekitar, berkomunikasi
|
Perilaku
Mendekati
perilaku Menerima
perilaku
Menyetujui
|
Tugas perkembangan Tahap
Pemeriksaan. Havighurst berbicara tentang periode ini ketentuan sebagai
berikut. Dia mengatakan itu
adalah:
…..Masa belajar, bukan suatu
periode ketika belajar adalah masa lalu. Ini adalah periode menghadapi masalah
baru dan terselesaikan bukan periode mengambang lembut pada permukaan solusi
akrab bagi masalah akrab, [11 p. 442]
Tugas Perkembangan untuk periode ini,
menurut havighurst (11), meliputi:
- Belajar untuk mengatasi
kematian pasangan dan teman-teman
- Belajar untuk mengatasi dan
mengurangi pendapatan pension
- Belajar afiliasi dalam grup
usia tua
- Belajar untuk menghadapi
kekuatan fisik yang berkurang
- Belajar untuk mengatasi tempat
tinggal berubah
- Belajar untuk mengembangkan
peran sosial baru yang akan membawa pengakuan dan penghormatan
- Belajar menggunakan waktu luang
baru di konstruktif, cara memuaskan
- Belajar untuk merawat tubuh
penuaan
Mengatasi Perilaku
Tahap Pemeriksaan. Perilaku mengatasi tahap ini meliputi:
- Afiliatif perilaku. Ini termasuk membuat teman baru dan
mempertahankan persahabatan tua dan afiliasi meskipun status berubah.
- Waktu senggang Produktif perilaku.
Kegiatan ini mungkin hobi, kerja sukarela, atau bahkan reaksi, tetapi
mereka dianggap sebagai pribadi dan sosial yang bermanfaat oleh individu.
Mereka mungkin melibatkan bunga meningkat di gereja, masyarakat, dan
masyarakat seimbang.
- Peningkatan perilaku pribadi. Ini termasuk
perawatan fisik, belajar keterampilan baru, dan prestasi sosial.
REFERENSI
Blocher, Donald H. 1974. Developmental
Counseling Chapter V. USA: John Wiley & Sons, inc.
0 komentar:
Posting Komentar